By. Asita (Asitasuryanto) Kompasiana.com
Kampung Wisata Tanoker Ledokombo adalah destinasi wisata baru yang wajib dikunjungi bila berkunjung ke Kota Jember, Jawa Timur. Kecamatan Ledokombo tepat berada kaki Gunung Raung yang sejuk, sepi dan nyaman sangat cocok untuk istirahat bagi keluarga yang ingin suasana kampung serta pedesaan. Kampung wisata dengan permainan egrang, outbond, bermain pulo lumpur, mandi di sungai, belajar menanam padi dan aneka permain lain yang edukatif. Tanoker adalah penggagas pendorong perwujudan Kecamatan Ledokombo sebagai kampung wisata belajar.
kon egrang sebagai elemen permainan kearifan lokal dimana anak- anak desa menjadi sumber gerakannya. Dari anak bermain egrang, berkembang gerakan bersama dengan ibu-ibu mereka membuat industri kreatif kerajinan tangan berupa produk suvenir boneka kecil bernuansa egrang. Ayah dari anak-anak yang bermain egrang juga bereksprimen di bidang pertanian dengan menanam padi organik dengan percobaan menanam padi warna hitam. Lokasi kampung wisata di Ledokombo ini lokasinya sekitar 30 kilometer sebelah utara Kota Jember. Outbond berbasis permainan tradisional egrang digalakkan dengan aneka variasi diselingi tarian dan gerakan unik lainnya. Bermacam ukuran dan warna alat egrang di Tanoker Ledokombo tersedia untuk ukuran anak-anak sampai dewasa.
Paket wisata unik buat anak-anak dan remaja dengan bermain polo lumpur di sawah dan mandi di sungai yang jernih di tengah sawah. Sangat menyegarkan merasakan mandi di sungai yang deras dan bening. Anak-anak kota yang tidak pernah mengenal mandi di sungai dan main lumpur di sawah pasti suka dengan atraksi disini. “Anak-anak kota biasanya tidak mau berhenti mandi kalau sudah bermain bersama teman-temannya mandi di sungai,” ujar Ciciek yang ramah ini. Homestay tersedia untuk perseorangan dan rombongan keluarga. Pondok atau cottage tersedia dengan harga yang bervariasi. Harga kamar mulai Rp 60.000 untuk perseorangan dan mulai Rp 300.000 per kamar untuk pasangan keluarga. Ada pondok bentuk paviliun untuk untuk keluarga besar dengan fasilitas lengkap, termasuk makan tiga kali sehari, memiliki tarip antara 500 ribu sampai Rp 1.000.000,- . Kuliner tradisional dan kreatif menu nasional dan international diolah dari hasil kebun sendiri juga tersedia bagi yang suka makanan berbeda dengan menu perkotaan.. Kudapan atau jajanan dari bahan tradisional seperti karbohidrat dari jagung, ubi kayu, singkong, dan pisang terhidang menarik dengan memasak cara tradisional dan penyajian ala hotel. Ingin mengelilingi api unggun di malam hari, sambil bernyanyi dan bermain gitar bersama kawan dan sahabat juga tersedia.Area camping di perbukitan untuk rombongan pelajar sampai 250 orang juga disiapkan lokasinya.
Farha Ciciek dan suaminya Supohardjo yang akrab dipanggil Lik Hang ini adalah adalah pasangan serasi yang mengelola komunitas Tanoker Ledokombo. Awalnya mereka mendirikan komunitas untuk bermain egrang untuk menghibur anaknya yang dipindahkan kehidupannya dari Kota Jakarta yang metropolitan ke Ledokombo yang suasana pedesaan dengan dikelilingi sawah yang hijau dan asri.
Melestarikan egrang sebagai permainan tradisional dengan nilai filosofi kebersamaan dan kegembiraan barangkali sudah banyak dilakukan orang. Namun, membuat festival egrang di kancah sosial, apalagi di arena nasional bisa jadi baru dilakukan pasangan Ciciek dan Supo.
Pada acara festival egrang setiap tahunnya, diadakan pawai egrang dimana pesertanya akan berjalan menggunakan egrang sehingga memiliki ketinggian di atas tinggi rata-rata tubuh orang dewasa.
Egrang merupakan permainan dengan mengandalkan kaki untuk berdiri di atas dua bilah bambu yang bagian bawahnya dipasang papan kecil untuk pijakan kaki. Ketinggian bambu yang mencapai lebih dari 1 meter dan pijakan yang hanya pas untuk satu kaki membuat para pemain harus lihai menjaga keseimbangan untuk bisa tetap berjalan di egrang. Sedikit hilang kosentrasi dan senggolan antar teman bisa membuat mereka tergelincir dan terjatuh. Apalagi bila egrang dimainkan secara beregu, membentuk sebuah kesatuan pentas yang utuh dan menampilkan aneka tarian tradisional maupun modern. Disini sangat perlu dibangun kekompakan dan kebersamaan di antara teman sepermainan egrang.
Supo dan istrinya Ciciek adalah penggagas acara festival egrang yang belakangan menjadi agenda budaya tahunan di Jember, seperti halnya Jember Fashion Carnaval yang sudah terkenal mendunia diadakan setiap tahun di Kota Jember. Menuju Ledokombo dari arah Surabaya ke Jember bisa dilalui melalui dua macam kendaraan darat yaitu kereta api selama empat jam dan bus selama 6 jam. Jalur kereta api Surabaya turun di Kecamatan Kalisat kemudian lanjut dengan mobil umum ke Tanoker Ledokombo. Jalur kendaraan bus turun di Terminal Tawangalun Jember, dan perjalanan dilanjutkan dengan kendaran umum angkutan desa ke Ledokombo. Sedangkan jalur udara dari Jakarta transit Surabaya, kemudian ke Jember naik pesawat Surabaya-Jember satu kali penerbangan setiap pukul 09.00 pagi dengan pesawat Garuda Indonesia. Perjalanan ke Ledokombo sekitar 40 menit dengan taksi sekitar Rp 150.000,-.
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/asitasuryanto/kampung-wisata-tanoker-ledokombo-membawa-kembali-kenangan-ke-masa-anak-anak_56a7aaca3b7b61710bacf000
Supo dan istrinya Ciciek adalah penggagas acara festival egrang yang belakangan menjadi agenda budaya tahunan di Jember, seperti halnya Jember Fashion Carnaval yang sudah terkenal mendunia diadakan setiap tahun di Kota Jember. Menuju Ledokombo dari arah Surabaya ke Jember bisa dilalui melalui dua macam kendaraan darat yaitu kereta api selama empat jam dan bus selama 6 jam. Jalur kereta api Surabaya turun di Kecamatan Kalisat kemudian lanjut dengan mobil umum ke Tanoker Ledokombo. Jalur kendaraan bus turun di Terminal Tawangalun Jember, dan perjalanan dilanjutkan dengan kendaran umum angkutan desa ke Ledokombo. Sedangkan jalur udara dari Jakarta transit Surabaya, kemudian ke Jember naik pesawat Surabaya-Jember satu kali penerbangan setiap pukul 09.00 pagi dengan pesawat Garuda Indonesia. Perjalanan ke Ledokombo sekitar 40 menit dengan taksi sekitar Rp 150.000,-.
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/asitasuryanto/kampung-wisata-tanoker-ledokombo-membawa-kembali-kenangan-ke-masa-anak-anak_56a7aaca3b7b61710bacf000