Senin, 18 Januari 2016

Tanoker Ajarkan Anak Berkarakter Lewat Permainan

Kembali ke alam. Itulah yang ingin dikembangkan oleh pasangan suami istri Dr Ir Suporahardjo, MSi dengan Farcha Ciciek, MSi di Tanoker, komunitas belajar di Desa/Kecamatan Ledokombo, Kabupaten Jember.

Kemapanan pendidikan dan ekonomi pasangan yang pernah tinggal kota besar, seperti Jakarta dan Yogyakarta, tak mampu menghilangkan kegelisahan Suporahardjo ketika melihat perkembangan anak-anak di desanya yang banyak ditinggalkan orang tuanya sebagai TKI atau TKI.

Suporahardjo mengajak istrinya yang berasal dari Maluku itu untuk "pulang" dan membuat rencana besar untuk anak-anak yang secara psikologis telah yatim piatu karena ketiadaan kasih sayang dari orang tuanya.

Awalnya komunitas itu sebagai bentuk perhatian terhadap anak-anak di Ledokombo dan sekitarnya. Namun ternyata banyak masyarakat dari luar yang meminati untuk datang dan mencoba permainan di tempat itu.

Suporahardjo yang lulusan IPB itu bersama istrinya membuka lahan miliknya untuk tempat bermain anak-anak. Mula-mula dikembangkan permainan egrang yang biasa dibuat dari bambu atau kayu. 

Bambu atau kayu dibuat sedemikian rupa sehingga digunakan untuk pegangan dan penyangga kaki. Egrang bisa digunakan untuk berjalan atau bahkan berlari. 

"Selama ini banyak aktivis yang fokus pada bagaimana memberdayakan atau membela para TKW, sementara anak-anaknya luput. Padahal mereka itu sangat membutuhkan perhatian kita," kata Ciciek.

Akhirnya dibukalah komunitas Tanoker pada 2009. Tanoker sendiri adalah Bahasa Madura yang berarti kepopong. Kepompong memiliki makna tempat "transit" ulat untuk menjadi kupu-kupu. Bahasa Madura sendiri adalah bahasa sehari-hari masyarakat di Ledokombo yang berjarak sekitar 25 Km dari Jember itu.

Saat ini permainan yang digemari anak-anak itu sudah menjadi festival tahunan di Komunitas Tanoker dan sudah banyak wisatawan asing yang merupakan jaringan dari Ciciek yang meminati tontonan tersebut.

Selain egrang, Tanoker kini juga mengembangkan permainan polo lumpur yang menempati areal sawah yang sengaja dikosongkan. Awalnya sawah tersebut akan dibuat untuk permainan sepak bola, tapi karena anak-anak mengalami kesulitan untuk menggerakkan kaki untuk menendang bola, maka yang memungkinkan adalah permainan polo.

"Ide polo lumpur ini muncul setelah ada syuting Si Bolang di Ledokombo yang salah satunya bermain di sawah. Kami berpikir bagus juga untuk anak-anak agar berani kotor. Kalau ini bukan lumpur bencana, tapi lumpur bahagia," kata Ciciek, aktivis perempuan tersebut.

Ia mengemukakan bahwa pihaknya mengajak anak-anak untuk bermain, bukan belajar. Meskipun demikian, pada hakekatnya banyak pelajaran yang bisa didapat anak-anak dari permainan tersebut, seperti kejujuran, kebersamaan, perhatian dan cinta lingkungan. Intinya adalah menanamkan karakter yang baik untuk anak.

"Kami juga mengajarkan anak-anak untuk memahami perbedaan. Karena itu sudah biasa kalau ke sini banyak orang yang datang dari berbagai latar belakang. Termasuk sejumlah orang asing yang datang ke sini," katanya.

Mengenai cinta lingkungan, dari awal masuk ke areal permainan yang sejuk karena banyak pepohonan dan ditingkahi suara geremicik air sungai itu sudah ditulisi larangan merokok. Meskipun alam itu terbuka, tapi pengelola Tanoker ingin menanamkan pada anak-anak untuk tidak akrab dengan nikotine tersebut.

Selain polo lumpur, pihaknya juga menyediakan sejumlah buku untuk bisa dibaca oleh anak-anak. Anak-anak, khususnya di sekitar Ledokombo biasa datang ke lokasi itu juga untuk bermain musik perkusi. Mereka bermain dengan kreasi sendiri, karena belum ada pelatihnya.

Pada hari Minggu, Tanoker banyak dikunjungi oleh masyarakat, khususnya anak-anak sekolah untuk mencoba berbagai permainan di lokasi itu. Selain permainan, pengelola juga menyediakan guru bagi anak-anak yang ingin belajar matematika atau IPA secara menyenangkan.

"Kami bersyukur karena aktivitas di sini banyak didukung oleh sukarelawan dari mahasiswa dan ada juga guru," katanya.

Untuk datang ke lokasi tersebut biasanya datang menggunakan kendaraan sendiri atau secara berombongan. Belum banyak kendaraan umum dari Kota Jember yang langsung menuju daerah tersebut. (*)

ARNONG/SELADA AIR TANAMAN KHAS DESA SUMBERSALAK





Salah Satu Ladang Selada Air Di Desa Sumbersalak

SUMBERSALAK yang terdiri dari kata Sumber yang berarti Sumber Mata Air dan Salak  artinya Buah salak, Menurut sejarah konon di Desa sumbersalak terdapat sumber mata air yang berada tepat di bawah Pohon Salak. Bahkan menurut cerita versi lain ada yang berpendapat bahwa “ SALAK “ diambil dari kata “ SELLAK ”(Bahasa Madura) yang artinya Berdesakan. Berarti Sumbersalak Adalah Sumbermata Air Yang berdesakan.    Pada kenyataanya desa Sumbersalak  banyak mata air yang muncul di sekitar sawah atau tepat lainnya dan terbesar adalah Mata air yang terdapat di Dusun Karang Anyar dan Dusun Juroju. Untuk mata air yang berada di dusun Karang Anyar ,sampai sekarang masih mengalir deras dan diambil untuk Air Bersih dan di alirkan ke desa desa di kecamatan Ledokombo. Ternyata air tersebut masih melimpah dan mengalir ke saluran irigasi, dan lebih bagusnya lagi di sekitar Mata Air Di kedua Dusun tersebut itu tumbuh tanaman sayur yang dahulu kala sebagai tanaman liar namun akhirnya sekarang sudah di budi daya oleh warga kedua dusun tersebut  sampai sekarang bahkan sudah mencukupi pasar luar kota. Tanaman sayur tersebut adalah selada air yang juga disebut oleh warga Desa Sumbersalak  khususnya Selada Air dengan sebutan Arnong.
Selada air/ Arnong tumbuh di kawasan pegunungan, yang berhawa sejuk, terutama di kawasan penghasil sayuran. Di kawasan pegunungan seperti ini, selalu tersedia air jernih melimpah. Di tempat seperti inilah selada air bisa tumbuh dengan baik. Kalau selada air bisa tumbuh baik, berarti lokasi tersebut berketinggian paling sedikit 800 m. dpl. Selain dengan alti meter, ketinggian tempat juga bisa ditandai dengan ada atau tidaknya tanaman padi sawah, serta pohon kelapa. Kalau di kawasan tersebut masih ada sawah dengan tanaman padi, lalu masih ada pohon kelapa yang tumbuh dan berbuah baik, maka ketinggian tempat masih sekitar 700 m. dpl.
Yang cukup menarik, selada air telah diisukan berkhasiat memperkuat daya tahan tubuh, terhadap serangan kanker paru-paru. Kandungan selada air antara lain zat besi, kalsium, asam folic, vitamin A, dan C. Selain untuk kanker, selada air juga berkhasiat melancarkan air seni (diuretik), mengeluarkan dahak (ekspektoran), menurunkan tekanan darah, dan anti oksidan. Sosok selada air sangat khas, batang dan daunnya, sangat lunak. Rasa serta aromanya juga khas. Di pasar swalayan besar, selalu ada selada air, bersama dengan sayuran lain,. Harga selada air juga relatif murah, jika dibandingkan dengan sayuran lainnya.
Selada air biasa dimakan mentah sebagai lalap (salad). Di warung dan restoran ayam atau ikan goreng, sering disajikan lalap selada air, selain lalap lain seperti kemangi, poh-pohan, dan timun. Rasa selada air mentah getir dan pahit, mirip dengan rasa caisim (sawi bakso). Sebab mereka masih satu famili. Namun rasa getir dan pahit ini akan hilang apabila selada air direbus. Cara merebus selada air juga beda dengan merebus daun pepaya atau daun singkong. Pertama air dididihkan. Setelah air mendidih, selada air dimasukkan, dan seketika itu juga api dimatikan, atau dikecilkan. Kalau api tetap besar, selada air akan menjadi sangat lunak, dan citarasanya akan hilang.
Setiap hari warga petani selada air dusun Karang Anyar  harus mencapai target ribuan ikat, yang harus dipasarkan di pasar lokal yaitu di kecamatan Kalisat dan sekitarnya bahkan sampai menembus pasar yang berskala besar seperti pasar tanjung di Kab. Jember dan pasar pasar lainnya seperti daerah mangli dan sekitarnya. Harga di pasar lokal dekat ikatan lebih besar dengan harga berkisar Rp 700 sampai Rp 1000. perikat namun kalau dibawa keluar kota ikatan itu lebih kecil dengan harga dari Rp 450 s/d Rp 600. ada petani yang mempunyai lahan luas mereka bisa setiap hari memanen selada air tersebut tanpa harus kehabisan stok, karena lama pemulihan sampai bisa dipanen hanya selama delapan hari. setiap petani dalam satu hari 1000 ikat ada yang 500 ikat tergantung kesempatan waktu mereka dalam memanennya. dan sesuai dengan survey bahwa selada air yang berada dibawah aliran mata air itu jauh lebih segar dan lebih hijau dari yang lainnya.(Iwan)

Potensi Alam Pegunungan Sumbersalak Perkuat Pengembangan Desa Wisata


Salah Satu Air Terjun Di Kecamatan Ledokombo
SUMBERSALAK, Salah satu Pendiri Komunitas Tanoker Ledokombo  Ciciek Farha mengungkapkan, potensi desa wisata Sumbersalak, Kecamatan Ledokombo Kab. Jember yang kini tengah  dikembangkan memiliki potensi yang bagus untuk ditawarkan ke wisatawan. Suasana alam pegunungan dan keunikan potensi di desa sudah ada, hanya perlu diperbanyak penanaman pohon dan bunga.
“Saya menjumpai ada beberapa jenis tanaman sayur yang ada di desa Sumbersalak   yakni Tanaman Selada Air / Arnong, tanaman tersebut di Kabupaten Jember adanya hanya di desa Sumbersalak  dan jika itu dikembangkan dan diperbanyak lagi tanamannya, maka  susana desa Sumbersalak akan tampak lebih unik dan istimewa,” ujar Ciciek  disela-sela Rapat rencana Pembentukan KOPDARWIS (Kelompok Sadar Wisata) di Komunitas Belajar Tanoker Ledokombo, Jum’at (15/01/2016).
Menurutnya, kondisi Desa tidak berbeda jauh dengan Desa lainnya. Lokasinya berada di lereng Gunung Raung dengan panorama pedesaan dan berhawa sejuk.” ujar ciciek yang juga mengelola Tanoker Ledokombo
Selain mengadakan Penghijauan  di sekitar tempat yang sangat strategis, juga perlu pemolesan seni tradisional seperti  Janger yang ada di Desa Sumbersalak kemudian suguhan makanan khas yang benar-benar buatan desa. Juga perlu ada permainan tradisional di desa seperti  permainan Egrang, gasingan dan lainnya. “Setelah semua ada, tinggal membangun jejaring dengan pelaku di wilayah desa wisata lain,” kata ciciek
Selain desa wisata , Istri dari Supohardjo ini juga menilai potensi  Air Terjun di Desa Sumbersalak, sangat bagus untuk mendukung potensi desa wisata. Suasananya sudah sangat alami dengan pemandangan sekitar Air terjun  yang ada, yakni pemandangan sawah yang ada di sekitar air terjun, bahkan para wisatawan bisa melihat langsung aktivitas  warga yamg mengelola sawah  kesehariannya.
Senada dengan ciciek, pelaku desa wisata dari Dusun salak   Untung Supriadi juga menyatakan, potensi Desa Sumbersalak dan desa wisata lainnya yang berada di alam pegunungan di Kabupaten Jember sangat potensial untuk dikembangkan. Bahkan, Untung mengakui, potensi Desa sumbersalak, sudah bagus. Suasana alam perdesaan harus dipertahankan. Homestay tidak perlu dibuat megah seperti rumah di kota besar. “Sama halnya dengan beberapa desa wisata lainnya, suasana pedesaan yang dekat dengan Gunung Raung menjadi daya tarik tersendiri. “Wisatawan menginap di rumah sederhana. Selebihnya mereka melihat aktifitas warga desa dalam bertani, ini sudah bias menjadi paket wisata yang menarik dan unik khususnya bagi wisatawan mancanegara,” ujarnya.

Sementara itu, Kepala Desa Sumbersalak Abdul Haki,  melalui telephone selulernya  mengatakan, desa wisata jangan latah meniru di desa lain, tetapi harus mengoptimalkan potensi yang sudah ada. Jika di desa wisata lain ada arena outbond, jangan terus ikut-ikutan membangun arena outbond. “Kembangkan potensi yang ada dan didukung dengan sumberdaya manusia yang benar-benar paham akan Sapta Pesona Wisata,” katanya. Kedepan dia mengharap agar Desa Sumber salak menjadi salah satu destinasi desa wisata di kabupaten Jember  ( Iwan)